Gk jarang kok kalo dlm suatu hubungan
sering trjadi percekcokan. Hmm. Berantem lah gitu. Jengkelin pasti apa lagi
kalo emang kita tipikal orang yang emosian. Grrrr.. musti diluapin tuh masalh.
Tapi tapi tapi, kalo ntr kita total murka nya apa gk masalh? Apa gk berabe
ujungnya. Ntr malh putus? (bagi yg pcrn) atau atau ntar malah pisah ranjang
lagi ( bagi yang dah nikah). Hmm tapi tapi tapi lagi, kalo emosi nya gk
dikluarin tapi cma dipendem aja ntr malah bisa jadi penyakit lagi. Huuh jadi
bingung kan. Nah sama, gue jg bingung. Soalnya gue jg tipikal yang emosian.
Karna itu yok cari solusi nya. ..
waktu itu gue prnah baca di suatu artikel tentang gimana sih ber’esmosi tapi gk nyebapin berantem? Ini dia ringkasannya.
waktu itu gue prnah baca di suatu artikel tentang gimana sih ber’esmosi tapi gk nyebapin berantem? Ini dia ringkasannya.
TENTUKAN WAKTU
Kita dan pasangan adalah orang yang
paling tahu kapan waktu yang paling tepat untuk menumpahkan emosi. Setiap momen
yang kita pilih pasti ada konsekuensinya. Pilihannya ada dua. Pertama, menunggu
sampai sama-sama tenang. Positifnya dari cara ini, debat bisa berlangsung
dengan keadaan sama-sama berkepala dingin. Tentu kalau dengan cara ini, kita
mesti tunggu waktu agak lama. Tapi mengingat kita bisa mendapat solusi yang
bikin kedua pihak sama-sama Happy, rasanya ini pantas dicoba. Kedua, saat kita
dan pasangan justru sama-sama sedang marah. Keuntungan, unek-unek bisa keluar
dengan mudah dan kita berekspresi sebebas mungkin. Huftthh, tapi jelas ini bisa
merugikan. Karena sama-sama emosi, bisa jadi yang ada malah debat kusir.
KATAKAN DARI SUDUT PANDANG ANDA
Kalau sudah menentukan waktu yang
tepat, mulailah berbicara dengan mengungkapkan apa yang kita rasakan. Bahasa
kerennya, ‘I message’. Keluarkan semua yang kita rasa dari sudut pandang
kita. Misalnya, “kamu tahu nggak, aku kesepian kalau kamu pulang terlambat”.
Kata-kata itu akan lebih baik daripada dengan ‘you message’ seperti ini: “kamu
kok pulang terlambat terus? Kenapa sih?”
Dengan ‘you message’, yang ada dia
akan merasa kita menuding. Buat pria, dituding begitu justru akan membuat dia
merasa nggak nyaman. Sebaliknya, dengan ‘I message’, dia akan mengerti, apa
yang dia lakukan ternyata berpengaruh pada kita. Kemungkinan besar, dia lebih
berempati dengan apa yang kita rasakan.
TAHAN NADA SUARA
Diantara semua strategi, mungkin ini
yang paling susah. Menjaga nada suara sestabil mungkin. Kalau kepala sedang
panas, kadang kita memang maunya meledak dan mengeluarkan nada tinggi. Jadi,
sebelum bicara, tarik napas dalam-dalam, supaya oksigen masuk ke otak. Ini akan
sangat membantu supaya emosi kita mereda dan kita bisa menjaga nada suara
supaya pasangan tidak merasa sedang dihakimi dan diintimidasi.
JANGAN MENGUNGKIT KESALAHAN
Jangan sekali-kali melakukan ini,
mengingat dan mengungkit kesalahannya. Ini bisa jadi senjata makan tuan lho.
Pertama, belum tentu dia ingat semua itu. Kedua, ibarat luka, saat dibuka,
malah jadi makin kerasa sakit. Hasilnya, kita malah memperbesar masalah, dan
membuat perbincangan jadi kemana-mana. Itu membuat emosi Anda dan pasangan
menjadi makin labil. Jadi kehilangan fokus pada permasalahan saat ini. Dan hindarilah
kata-kata kasar. Mungkin kita bisa lega, tapiii…ini bisa sangat sangat
merugikan.
CIPTAKAN SUASANA KONDUSIF
Suasana yang tenang sangat membantu
menyelesaikan masalah. Mungkin Anda sedang marah. Tapi, daripada tidak
menemukan jalan keluar, mungkin ada baiknya membuatkan minuman kesukaannya
dulu, atau sediakan malam malam seperti biasa. Setelah itu, baru boleh
‘perang’. Sebab, saat itu kemungkinan besar tingkat emosi kita dengannya sudah
turun.
UNGKAPKAN FAKTA
Jangan cuma bicara soal perasaan, tapi
keluarkan juga fakta-fakta penting. Misalnya, kalau dia melanggar kesepakatan
batas belanja untuk hobinya, bilang saja: ”Kamu inget nggak, kamu janji cuma
belanja pernak-pernik sepeda maksimal $100. Baru dua minggu, kamu sudah
ngabisin $300.” Kata-kata seperti ini akan lebih tepat sasaran daripada kita
mengeluh nggak ada juntrungan. Bisa jadi, selama ini dia memang tidak pernah
sadar soal hal itu.
0 komentar:
Posting Komentar