Sabtu, 21 Januari 2012

pecahkan masalah tanpa masalah


Gk jarang kok kalo dlm suatu hubungan sering trjadi percekcokan. Hmm. Berantem lah gitu. Jengkelin pasti apa lagi kalo emang kita tipikal orang yang emosian. Grrrr.. musti diluapin tuh masalh. Tapi tapi tapi, kalo ntr kita total murka nya apa gk masalh? Apa gk berabe ujungnya. Ntr malh putus? (bagi yg pcrn) atau atau ntar malah pisah ranjang lagi ( bagi yang dah nikah). Hmm tapi tapi tapi lagi, kalo emosi nya gk dikluarin tapi cma dipendem aja ntr malah bisa jadi penyakit lagi. Huuh jadi bingung kan. Nah sama, gue jg bingung. Soalnya gue jg tipikal yang emosian. Karna itu yok cari solusi nya. ..
waktu itu gue prnah baca di suatu artikel tentang gimana sih ber’esmosi tapi gk nyebapin berantem? Ini dia ringkasannya
.

TENTUKAN WAKTU
Kita dan pasangan adalah orang yang paling tahu kapan waktu yang paling tepat untuk menumpahkan emosi. Setiap momen yang kita pilih pasti ada konsekuensinya. Pilihannya ada dua. Pertama, menunggu sampai sama-sama tenang. Positifnya dari cara ini, debat bisa berlangsung dengan keadaan sama-sama berkepala dingin. Tentu kalau dengan cara ini, kita mesti tunggu waktu agak lama. Tapi mengingat kita bisa mendapat solusi yang bikin kedua pihak sama-sama Happy, rasanya ini pantas dicoba. Kedua, saat kita dan pasangan justru sama-sama sedang marah. Keuntungan, unek-unek bisa keluar dengan mudah dan kita berekspresi sebebas mungkin. Huftthh, tapi jelas ini bisa merugikan. Karena sama-sama emosi, bisa jadi yang ada malah debat kusir.  

KATAKAN DARI SUDUT PANDANG ANDA
Kalau sudah menentukan waktu yang tepat, mulailah berbicara dengan mengungkapkan apa yang kita rasakan. Bahasa kerennya,  ‘I message’. Keluarkan semua yang kita rasa dari sudut pandang kita. Misalnya, “kamu tahu nggak, aku kesepian kalau kamu pulang terlambat”. Kata-kata itu akan lebih baik daripada dengan ‘you message’ seperti ini: “kamu kok pulang terlambat terus? Kenapa sih?” 

Dengan ‘you message’, yang ada dia akan merasa kita menuding. Buat pria, dituding begitu justru akan membuat dia merasa nggak nyaman. Sebaliknya, dengan ‘I message’, dia akan mengerti, apa yang dia lakukan ternyata berpengaruh pada kita. Kemungkinan besar, dia lebih berempati dengan apa yang kita rasakan.

TAHAN NADA SUARA
Diantara semua strategi, mungkin ini yang paling susah. Menjaga nada suara sestabil mungkin. Kalau kepala sedang panas, kadang kita memang maunya meledak dan mengeluarkan nada tinggi. Jadi, sebelum bicara, tarik napas dalam-dalam, supaya oksigen masuk ke otak. Ini akan sangat membantu supaya emosi kita mereda dan kita bisa menjaga nada suara supaya pasangan tidak merasa sedang dihakimi dan diintimidasi. 

JANGAN MENGUNGKIT KESALAHAN
Jangan sekali-kali melakukan ini, mengingat dan mengungkit kesalahannya. Ini bisa jadi senjata makan tuan lho. Pertama, belum tentu dia ingat semua itu. Kedua, ibarat luka, saat dibuka, malah jadi makin kerasa sakit. Hasilnya, kita malah memperbesar masalah, dan membuat perbincangan jadi kemana-mana. Itu membuat emosi Anda dan pasangan menjadi makin labil. Jadi kehilangan fokus pada permasalahan saat ini. Dan hindarilah kata-kata kasar. Mungkin kita bisa lega, tapiii…ini bisa sangat sangat merugikan.

CIPTAKAN SUASANA KONDUSIF
Suasana yang tenang sangat membantu menyelesaikan masalah. Mungkin Anda sedang marah. Tapi, daripada tidak menemukan jalan keluar, mungkin ada baiknya membuatkan minuman kesukaannya dulu, atau sediakan malam malam seperti biasa. Setelah itu, baru boleh ‘perang’. Sebab, saat itu kemungkinan besar tingkat emosi kita dengannya sudah turun. 

UNGKAPKAN FAKTA
Jangan cuma bicara soal perasaan, tapi keluarkan juga fakta-fakta penting. Misalnya, kalau dia melanggar kesepakatan batas belanja untuk hobinya, bilang saja: ”Kamu inget nggak, kamu janji cuma belanja pernak-pernik sepeda maksimal $100. Baru dua minggu, kamu sudah ngabisin $300.” Kata-kata seperti ini akan lebih tepat sasaran daripada kita mengeluh nggak ada juntrungan. Bisa jadi, selama ini dia memang tidak pernah sadar soal hal itu.

0 komentar: