Sabtu, 21 Januari 2012

doi Anak Mami??


Hei ! Pacar Anda Anak Mami? Ckckck, gk enak pastinya ya? Hmm iya emang gk gk enak, gue jg pernh ngerasainnya.http://www.emocutez.com   ceritaku, mantan gue dulu tipe anak mami yang penurut trus kekanak²an. .hedehhh musti sabar sabar... itu cerita ku kalo cerita mu?

Dia ‘Mother Complex’
Seolah-olah ia ingin menjadikan kita sebagai prototype dari ibunya? Dia sering membandingkan kita dengan ibunya. Jangan buru-buru menghadapi sikap menyebalkan itu dengan reaktif dan blak-blakan. Pertama-tama, gali dulu alasan yang melatarbelakangi keinginannya itu. Dengan begitu, kita bisa mencari pendekatan yang pas untuk mengungkapkan kekecewaan dan harapan. Selain itu, kita juga perlu menekankan bahwa pada dasarnya kita tidak keberatan menyesuaikan diri dengan permintaannya asal masih berada dalam batas toleransi. 

Dia Plinplan
Anak mami tipe ini tidak bisa memutuskan segala sesuatu sendiri. Pendapat atau pikiran kita jadi kurang penting baginya. Apa-apa harus kata ‘mama’. Bahkan untuk memilih model baju, harus meminta pendapat mama. Semakin gawat jika intervensi mamanya masuk ke dalam hubungan yang lebih personal antara kita dan pasangan!

Cobalah ajak dia belajar menerima masukan atau pendapat orang lain, selain mamanya. Sering-seringlah bertanya tentang pendapat pribadinya mengenai suatu hal atau masalah yang sedang dihadapi bersama. Kemukakan apa yang menjadi pikiran kita. Selain itu, jangan pernah mengonfrontasikan pendapat mamanya dengan pendapat kita. Hal itu dapat membuat dia berpikir bahwa masukan kita itu hanya usaha untuk menentang pendapat mamanya!

Dia ‘Penurut’
Penurut di sini memang dalam tanda petik, sebab anak mami tipe ini sulit menolak permintaan mamanya yang kerap menginterupsi jam-jam kencan kita. Dalam kasus ini, empati adalah sebuah langkah awal yang bijak. Sebagai seorang wanita yang nantinya juga akan menjadi ibu, cobalah untuk memahami posisi ibunya. Langkah ini cukup ampuh untuk menurunkan emosi yang mulai naik ke ubun-ubun. 

Tapi, meski emosi sudah reda, tunggu momen yang tepat untuk membicarakannya. Pakailah cara dan pendekatan berpikir ala pria, yaitu bicara berdasarkan data, bukan emosi. Buat dia sadar, bahwa selama ini kita hampir tidak pernah mendapatkan dia seutuhnya. Padahal sebagai pasangan, kita membutuhkan waktu untuk saling mengenal dan membangun hubungan emosional sebagai bekal investasi menuju gerbang pernikahan (sedappp…). Setelah kekasih menangkap isi pesan kita, barulah kita bisa mengutarakan harapan-harapan yang selama ini terpendam. Tapi, agar tak terkesan sebagai orang asing, luangkan waktu bersama mamanya, seperti belanja bareng atau mencoba resto baru.

Dia Kekanak-Kanakan
Anak mami tipe ini merasa dirinyalah yang menjadi satu-satunya pusat perhatian. Pola pikir egosentris itu dibentuk oleh perlakuan mamanya yang selalu memanjakannya sejak kecil. Selain egois, pria tipe ini juga suka menggampangkan dan sering melalaikan tanggung jawab. 

Nah, kalau kita memang ingin jalan terus dengan si dia, berarti harus siap ‘mendidik’ dia agar keluar dari lingkaran egosentrisnya. Dia harus belajar mengerti orang lain. Jangan ragu memberi warning. Dengan memakai pendekatan fakta dan data, utarakan keberatan kita terhadap sikapnya. Gunakan kalimat seperti, “Kalau kamu melakukan ini dan itu, aku akan merasa begini dan begitu.” Tekankan bahwa tindakannya itu tidak hanya merugikan Anda berdua, tapi juga berdampak buruk bagi orang di sekitarnya. 

Tegaskan pula bahwa di lain kesempatan kita mungkin tidak bisa menoleransi sifat kekanak-kanakannya itu. Namun jangan lupa memuji atau mengakui kemajuan yang dicapainya. Hal ini bisa memotivasinya untuk terus mempertahankan perilaku positifnya.

0 komentar: