ENERGI
METABOLISME
(Laporan Praktium Fisiologi Hewan)
Oleh
Nia Wahyuningtyas
1013024049
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
NAMA : NIA
WAHYUNINGTYAS
NPM :
1013024049
JURUSAN : PMIPA
FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
JUDUL
PRAKTIKUM : ENGI
METABOLISME
TEMPAT
PRAKTIKUM : LABORATORIUM PENDIDIKAN
BIOLOGI
TANGGAL : 03 DESEMBER 2012
KELOMPOK :
4 (empat)
__________________________________________
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metabolisme dipakai sebagai istilah yang menyatakan
fisiologi total mkhluk hidup dari mulainya masuk makan ke dalam tubuh,
peyerapan,penyimpanan, sintesis, ekskresi danlain-lain. Laju
metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme
biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang
dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup
diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi
laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan
aktivitas. perbedaan energi antara energi dari
semua makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan dengan energi seluruh hasil
ekskresi. 2) menentukan total energi panas yang dihasilkan oleh energi hewan
tersebtu yaitu dengan menempatkan hewan tersebut dalam kalorimeter. 3)
menentukan jumlah oksigen yang terpakai untukproses oksidasi
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat
laju metabolisme pada hewan.
_____________________________________
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan
dipakai oleh tubuh per satuan waktu (The rate of
metabolism is the total amount of energy produced and used by the body per unit
time) (Seeley, 2002).
Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada
adanya oksigen (The rate of metabolism is closely
related to respiration due to respiration is the process of extracting energy
from food molecules that depend on the presence of oxygen). Secara
sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai
berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6
CO2 + 6H2O +ATP
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya
oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan
karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang
diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan
tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju
konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen
antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas (Tobin, 2005).
Salah satu factor yang mendukung laju
metabolisme yang tinggi, adalah bahwa sel-sel otot terbang dibungkus dengan
mitokondria dan pipa trake mempunyai oksigen yang mencukupi bagi tiap-tiap
organel yang membangkitkan ATP ini (Campbell, 2004)
Laju metabolisme dapat ditentukan dengan
berbagi cara yaitu: 1) Menentukan perbedaan energi antara energi dari semua
makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan dengan energi seluruh hasil ekskresi.
2) menentukan total energi panas yang dihasilkan oleh energi hewan tersebtu
yaitu dengan menempatkan hewan tersebut dalam kalorimeter. 3) menentukan jumlah
oksigen yang terpakai untukproses oksidasi (Nukmal. 2012)
Metabolisme
berkaitan dengan respirasi. Salah satu alat percobaan yang digunakan yaitu
respirometer Respirometer sederhana adalah
alat yang dapat digunakan untukmengukur kecepatan pernapasan
beberapa macam organisme hidup sepertiserangga, bunga, akar, kecambah yang
segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang
berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu
banyaknya oksigen yang
digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Respirometer ini
terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat
hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler berskala
yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan
amat rapat hingga kedap udara dan
didudukkan pada penumpu (landasan) kayu atau logam. Alat ini bekerja atas
suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang
digunakan oleh organisme dan
ada karbon
dioksida yang dikeluarkan olehnya.
Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon
dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka
penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat
dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala
(Dina. 2012).
_____________________________________________
III. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada hari Senin, 03 Desember
2012 di Laboratorium Pendidikan Biologi
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sebagai berikut : Respirometer, vaselin, mistar, jangkrik
jantan dan betina, timbangan, kapas, pipet tetes, eosin/pewarna.
C. Cara Kerja
Langkah-langkah kerja dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut :
1. Menimbang
berat hewan yang akan diukur laju metabolismenya.
2. Memasukkan
jangkrik jantan ke dalam tabung respirometer.
3. Menghambat
kemungkinan-kemungkinan udara masuk pada respirometer tersebut dengan vaselin
yaitu antara tabung dan pipa kaca respirometer. Pada ujung pipa respirometer
biarkan terbuka jangan tersumbat oleh vaselin.
4. Meneteskan
larutan eosin pada bagian yang terbuka (pipa respirometer).
5. Mencatat
berapa volume O2 (volume udara dianggap volume O2) dalam
pipa tabung respirometer tersebut pada awal pengamatan (t=01 V1=
…ml)
6. Mencatat
volume udar dalam pipa tabung respirometer untuk setiap 1 menit sampai 5 menit.
7. Mengulangi
tahap 2-6 untuk jangkrik betina.
8. Menghitung
laju metabolisme dengan menggunakan volume O2 yang dikonsumsi
persatuan waktu (menit) persatuan massa (gram).
9. Mambandingkan
laju metabolisme dari kedua jangkrik tersebut.
|
_________________________________________
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Berikut ini disajikan data berupa
tabel hasil pengamatan
Betina
|
Jantan
|
|||
Jarak (S1-5)
|
Waktu (t1-5)
|
Jarak (S1-3)
|
Waktu (t1-3)
|
|
3,18
|
60
|
6,09
|
60
|
|
3,3
|
60
|
9,15
|
60
|
|
5,29
|
60
|
6,35
|
60
|
|
4,61
|
60
|
|||
3,05
|
60
|
Keterangan : S dalam cm, t dalam sekon
B. Pembahasan
Telah dilakukan percobaan pada tanggal 03Desember 2012
di Laboratorium Pendidikan Biologi mengenai Energi Metabolisme. Adapun alat dan
bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah Respirometer,
vaselin, mistar, jangkrik jantan dan betina, timbangan, kapas, pipet tetes,
eosin/pewarna.
Langkah kerja yang kami lakukan pada percobaan ini antara lain Menimbang
berat hewan yang akan diukur laju metabolismenya. Kemudian memasukkan jangkrik jantan ke dalam tabung
respirometer. Lalu menghambat
kemungkinan-kemungkinan udara masuk pada respirometer tersebut dengan vaselin
yaitu antara tabung dan pipa kaca respirometer. Pada ujung pipa respirometer
biarkan terbuka jangan tersumbat oleh vaselin. Setelah itu, Meneteskan larutan eosin pada
bagian yang terbuka (pipa respirometer).
Kemudian mencatat berapa volume O2 (volume
udara dianggap volume O2) dalam pipa tabung respirometer tersebut
pada awal pengamatan (t=01 V1= …ml). Lalu mencatat
volume udar dalam pipa tabung respirometer untuk setiap 1 menit sampai 5 menit. Mengulangi
tahap 2-6 untuk jangkrik betina.
Menghitung
laju metabolisme dengan menggunakan volume O2 yang dikonsumsi
persatuan waktu (menit) persatuan massa (gram) dan mambandingkan laju metabolisme dari kedua
jangkrik tersebut.
Dari hasil pengamatan jangkrik betina, pada 1 menit
pertama ternyata eosin menunjukan perpindahan jarak sebesar 3,81 cm, pada menit
ke dua 3,3 cm, pada menit ke tiga 5,29 cm, pada menit ke empat 4,61 cm, sedang
pada menit ke lima menunjukan perpindahan sejauh 3,05 cm dari titik pada menit
keempat.
Untuk mencari laju respirasi dari jangkrik betina ini
maka kita harus mengetahui terlebih dahulu laju respirasi per menitnya dengan
menggunakan rumus V=
, dengan S adaah jarak perpindahan eosin pipa
tabung respirometer dan t adalah waktu. Maka untuk laju respirasi pada waktu t1-5
adalah sebagai berikut:
V1=
=
= 0,063 cm/s
V2=
=
= 0,055 cm/s
V3=
=
= 0,088 cm/s
V4=
=
= 0,076 cm/s
V5=
=
= 0,508 cm/s
dari perhitungan tersebut diketahui bahwa laju
respirasi paling cepat ialah pada menit ke 3 yakni 0,088 cm/s. Adapun laju
respirasi terlambat ialah pada menit ke 5 yakni 0,508 cm/s. Kemudian kita cari
rata-rata laju respirasinya.
Vrata-rata =
=
=
= 0,294 cm/s
Untuk laju respirasi jangkrik jantan pada waktu t1-3
adalah sebagai berikut:
V1=
=
= 0,101 cm/s
V2=
=
= 0,153 cm/s
V3=
=
= 0,105 cm/s
dari perhitungan tersebut diketahui bahwa laju
respirasi paling cepat ialah pada menit ke 2 yakni 0,153 cm/s.
Adapun laju respirasi terlambat ialah pada menit ke 1 yakni 0,101 cm/s.
Kemudian kita cari rata-rata laju respirasinya.
Vrata-rata
=
=
=
= 0,119 cm/s
Pada percobaan dengan menggunakan jangrik jantan kami
hanya mengamatinya sampai menit ke tiga, namun walaupun demikian jika kita
lihat dari laju respirasi sampai manit ketiga nya saja, dapat diketahui bahwa laju
respirasi jangkrik jantan lebih besar disbanding laju respirasi jangkrik
betina.
Selain
massa dan jenis spesies, cepat atau lambatnya pernapasan dipengaruhi oleh faktor :
Usia, Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
Suhu, Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang
dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
Gaya hidup, aktifitas dan latihan
fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian
juga suplay oksigen dalam tubuh.
Status kesehatan,
orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan
pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit
pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah
anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka
anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
Jenis kelamin, belalang betina dan belalang jantan memiliki kecepatan respirasi yang
berbeda.
Ketinggian, ketinggian
mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian
memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
Laju metabolisme
berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses
ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen.
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Laju metabolisme biasanya diperkirakan
dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan
oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui
jumlahnya juga. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Sumber energi dapat bersal dari
makanan yang kita makan.
Dalam percobaan ini digunakan
KOH yang
berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak
menghirup CO2 yang
dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin/tinta
benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena
memiliki rumus reaksi:
KOH
+ CO2 → K2CO3 + H2O
Larutan
eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme
(jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu
bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan
(jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui
pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak. Adapun fungsi vaselin ialah untuk menghindari
kemungkinan adanya udara yang masuk atau keluar dari tabung respirometer.
Alat
yang digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan adalah respirometer.
Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan
pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja respirometer
adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen
yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika
organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida
yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka
penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat
di amati pada pipa kapiler berskala.
_______________________________________
V.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
ialah sebagai berikut:
1.
Bahwa laju
respirasi jangkrik jantan lebih besar disbanding laju respirasi jangkrik
betina.
2.
Larutan eosin berfungsi
sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada
repirometer sederhana.
3.
Prinsip kerja
respirometer adalah bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh
organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang
bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan
oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan
terjadi.
4.
KOH yang berfungsi sebagai
pengikat CO2 agar
organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik
bernapas. Dengan reaksi
KOH
+ CO2 → K2CO3 + H2O
5.
Energi
metabolisme dapat dilihat dari seberapa besar respirasi yang digunakan oleh
individu tersebut. Masing-masing individu berbeda-beda besar
energi yang dibutuhkan.
________________________________________
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece
dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dina.2012. Laju Metabolisme Pada Hewan dan Tumbuhan. [http://dinaseptember.blogspot.com/2012/04/html]
diakses pada tanggal 15/12/2012.
Nukmal, Nismah. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan.
Bandarlampung: Unila.
Seeley,
R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy dan
Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies
Tobin,
A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole, Canada
0 komentar:
Posting Komentar