Rabu, 26 Februari 2014

Penilaian Kinerja (Performance Assesment)


     Penilaian merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian 

     harus menyeluruh dalam merekam semua aspek yang ada pada diri siswa, baik    
     
     aktifitas kinerja maupun produknya, agar dapat mengetahui kemampuan siswa yang  
     
     sebenarnya. Salah satu teknik penilaian yang tidak hanya dapat mengukur kemampuan 

     kognitif, tetapi juga kemampuan afektif dan psikomotor siswa dalam proses 

     pembelajaran adalah Performance Assessment (PA). Nah apasih itu penilaian kinerja 
     
     atau performance assesment ? yuk mari simak ,




Penilaian kinerja (Performance assesment) adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilaian terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, mengoprasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati/diobservasi (Muslich, 2009:95). Sedangkan Danielson (1998, dalam Iryanti, 2004:6) mendefinisikan “performance assesment means any assesment of student learning that requires the evaluatin of student writing, products, or beharvior. thats is, it includes all assesment with the exception of multiple choise, matching, true or false testing, or problems with a single correct answer.”

Adapun menurut Majid (2007:200) Penilaian kinerja (Performance assesment) yaitu penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks

Lebih lanjut Berk (1986, dalam Utomo & Theo, 2103:3) mengungkapkan lima definisi operasional performance assessment, seperti: (1) performance assessment adalah proses, bukan tes atau perangkat pengukuran tunggal; (2) fokus dari proses ini adalah pengumpulan data, menggunakan berbagai instrumen dan strategi; (3) data dikumpulkan dengan cara observasi sistematis. Penekanannya adalah pada teknik observasi langsung bukan pada tes kertas-dan-pensil (paper-and-pencil), terutama bukan pilihan ganda meskipun tes tersebut juga dapat digunakan dalam penilaian; (4) data yang terintegrasi digunakan untuk tujuan membuat keputusan tertentu yang akan memandu bentuk dan substansi penilaian; dan (5) subjek dari pengambilan keputusan adalah individu, bukan program atau produk yang mencerminkan suatu kegiatan kelompok.
Sementara itu, Wiggins (1993, dalam Sivakumaran, dkk, 2011:57) menjelaskan bahwa “Performance assessment is a general term used to describe assessments that require students to demonstrate skill and knowledge by producing a formal product or performance. Performance assessment is often described as an alternative to timed tests that employ multiplechoice
and short-answer items. Performance assessment may also be called alternative or authentic assessment. The term “alternative” is used to describe performance assessment because they serve as an alternative to a multiple-choice or short-answer test. The term “authentic” is used because some performance assessments permit students to show what they can do in real situations.”

Mengutip dari Airasian & Stiggins (1991&1997, dalam Palm, 2008) mereka mendefinisikan  bahwa “performance assessment as assessment based on observation and judgement”. Lebih lanjut Airasian (1994, dalam Palm, 2008) mengungkapkan “Performance assessment of intellectual abilities such as
solving a mathematics task is said to demand insight into students’ mental processes. According to Airasian this can be achieved when students have to show the work carried out to solve the task. This is, he claims, in contrast with most paper-and–pencil test items, where the teacher observes the result of the pupils’ intellectual process but not the thinking that produced the result. When students are only required to show the end result of their work there is little direct evidence that the pupils have followed the correct process.”

Menurut Van Blerkom (2009, dalam dalam Utomo & Theo, 2103:3) dalam penilaian unjuk kerja (performance assessment) terdapat tiga tipikal karakteristik yang dapat dikelompokkan berdasarkan dimensi, meliputi: (1) menilai proses atau produk; (2) menggunakan simulasi atau kejadian nyata (real settings); dan (3) menggunakan peristiwa alami (natural) atau peristiwa dan situasi yang terstruktur (structured settings).

Muslich (2009: 96) mengemukakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
  1.  Identifikasi semua aspek penting.
  2. Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.
  3. Usahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalau banyak.
  4. Urutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati.
  5. Apabila menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (misalnya: baik apabila.., cukup apabila…, kurang apabila…)
Penilaian kinerja dapat menggunakan dua kemungkinan instrument yaitu:
  1.  Daftar cek (ya-tidak);
  2. Skala rentang (sangat kompeten - kompeten - agak kompeten – tidak kompeten).

Lebih lanjut menurut Majid (2007:200) terdapat 6 langkah penilaian kinerja, yaitu:
1)      Melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik.
2)      Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
3)      Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
4)      Mendefiniskan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan.
5)      Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati.
6)      Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
Selain itu, Majid (2007:200-201) juga menyebutkan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja adalah sebagai berikut.
1)      Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta.
2)      Metode analitik, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai. Dapat menggunakan checklist dan rating scale.

Salah satu hal penting dalam penilaian kinerja ialah rubrik penilaian. Oberg (2009:7) menyatakan bahwa “rubrics contain a semantic scale of categories or characteristics of behavior or output to be assesed, matched to a criterion or standard, often with example. The two basic types of rubrics are analytic and holistic. The analytic rubric is used to assess a product through a detailed description of various criteria, designating a score for each criterion. A holistic rubric assesses a product on the basis of an overall impression or its overall effectiveness”.

Lebih lanjut Iryanti (2004:13) menjelaskan bahwa rubrik adalah pedoman penskoran. Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Dengan menggunakan rubrik ini dapat dianalisa kelemahan dan kelebihan seseorang siswa terletak pada kriteria yang mana. Rubrik holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini, salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kekurangan), tingkat 3 (mememuaskan dengan sedikit kekurangan) dan tingkat 4 (superior) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3 (masing-masing sebutan sama).

Dalam praktiknya, menurut Muslich (2009:98-99) penilaian kinerja dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu (1) penilaian kinerja dalam bentuk observasi informal, (2) penilaian kinerja bentuk formal, (3) penilaian kinerja dalam bentuk keterbandingan.
1)      Penialain kinerja dalam bentuk observasi informal merupakan kegiatan perekaman keadaan kelas dari hari ke hari secara berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas informasi, perlu memerhatikan dua strategi, yaitu observasi terfokus dan pencatatan observasi secara efisisen.
Obeservasi kelas informal ini harus terfokus pada peristiwa yang bermakna, terkait dengan tuntutan kompetensi dalam kurikulum. Misalnya perilaku siswa yang menyimpang, gambaran/bukti nyata tentang tingkat keterpahaman siswa atau ketidakpahaman siswa tentang kompetensi tertentu, dan bukti nyata berkaitan dengan kompetensi spesifik dari kurikulum.
2)      Penilaian kinerja dalam bentuk formal merupakan kegiatan perekaman yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan tertentu siswa. Penilaian ini merupakan penilaian yang direncanakan untuk mengobservasi siswa yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan. Guru memilih konteks tertentu dan metode yang digunakan, yang evidennya dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang berkaitan dengan kinerja siswa. Penilaian kinerja jenis ini dilakukan dengan langkah-langkah: strategi perencanaan, penentuan keputusan, dan pelaporan kinerja siswa, misalnya dalam hal: (1) rating kemampuan individual dalam menyelesaikan masalah secara kolaboratif, (2) kinerja individual dalam perannya pada kerja kelompok, (3) rating analitik kinerja musik, (4) kinerja keseluruhan dalam kemampuan berbicara, (5) rating analitik kemampuan bermain drama.
Penilaian kinerja pun bisa dilakukan oleh siswa sendiri melalui penilaian diri. Hasil penilaian diri oleh siswa bisa digunakan guru untuk menentukan rentang sikap siswa atas suatu aktivitas.
3)      Penilaian kinerja keterbandingan merupakan penilaian kinerja yang menyangkut hal-hal: (1) kesesuaiannya dengan kurikulum, (2) keadilan, (3) keumuman, (4) standar, (5) reliable.

Menurut Reynolds, dkk (2010 dalam Andayani dan Mardapi, 2012:2-3) Performance Assessment sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
  1. Dapat mengukur outcome pembelajaran yang tidak dapat diukur oleh tipe asesmen yang lain.
  2. Penggunaan performance assessment konsisten dengan teori pembelajaran modern.
  3. Memungkinkan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
  4. Membuat pembelajaran lebih bermakna dan memotivasi siswa.
  5. Memungkinkan menilai proses sebaik menilai hasil.
  6. Memperluas pendekatan kepada tipe asesmen yang lain.

nah itulah beberapa penjelasan singkat tentang performance assesment. kalo mau tau lebih jelasnya dapat kalian cari dan baca sendiri nih dari sumber sumber berikut. semoga bermanfaat ya


Daftar Pustaka 

Andayani, Sri dan Djemari Mardapi. 2012. Performance Assessment dalam Perspektif Multiple Criteria Decision Making. Diakses dari http://seminar.uny.ac.id pada Selasa, 14 Januari 2014 14.30 p.m.

Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Diakses dari http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP04_UnjukKerja.pdf pada Senin, 13 Januari 2014 10:45 a.m.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumiaksara. Jakarta.

Oberg, Carol. 2009. Guiding Classroom Instruction Through
Performance Assessment. Journal of Case Studies in Accreditation and Assessment. Diakses dari http://www.aabri.com/manuscripts/09257.pdf pada Rabu, 15 Januari 2014 13.45 p.m

Palm, Torulf. 2008. Performance Assessment and Authentic Assessment: A
Conceptual Analysis of the Literature. Umea University. Sweden. Diakses dari http://pareonline.net/pdf/v13n4.pdf pada Kamis, 16 januari 2014 07.43 a.m

Sivakumaran, Thillainatarajan, dkk. 2011. Impact of Performance Assessment
on P-12 Learners. National Teacher Education Journal. Diakses dari

Utomo, Udi dan Theo Ardiyarta. 2013. Pengembangan Instrument Penilaian Unuk Kerja (Performance Assesment) Kompetensi Ekspresi dan Kreasi Musik di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/article/download/2527/2580 pada Selasa, 14 Januari 2014 14.23 p.m.

0 komentar: